Jumat, 14 September 2007

Petani Tebu & Supir Terpuruk

Para petani tebu untuk panen tahun ini sepertinya tidak seceriah yang diharapkan. Setelah sawahnya dilanda kekeringan beberapa waktu lalu karena kemarau yang panjang, mereka harus mengeluarkan biaya ekstra yaitu membiayai sendiri pengairan sawahnya dengan menyedot sumber air sawah dengan diesel. Ditambah dengan harga BBM yang naik, harga pupuk yang langka dan naik, menambah semakin tingginya biaya yang harus dikeluarkan.

Saat panen tiba, dengan sudah dihilangkannya model angkutan tebu oleh Pabrik Gula tebu dengan sistem Lori, membuat model angkutan penebangan dari sawah menuju pabrik gula semakin tidak menentu. Sawah yang seukuran satu hektar sebelumnya bisa ditebang dalam waktu 1-3 hari, dengan tidak tentunya pengangkut dan kuli tebang, mengakibatkan masa tebang menjadi lama.

Hal serupa juga dikeluhkan para pemilik angkutan truk dan supir truknya. Seharusnya dalam waktu sehari mereka bisa 2-3 kali balik mengangkut tebu ke pabrik, terpaksa dalam waktu 2 hari mereka hanya bisa mengangkut sekali, dikarenakan antrinya tebu yang masuk ke pabrik gula di Trangkil.

Muncul pertanyaan, apakah hal ini sengaja dibuat oleh oknum tertentu yang mengakibatkan harga panen tebu turun, dan harga pokok gula menjadi turun? Kalau hal ini dibiarkan terus-menerus maka bisa dipastikan para petani tebu mulai malas lagi menanam tebu karena untuk mengharapkan modal biaya tanam kembali saja susah apalagi ingin memperoleh keuntungan.

Akibatnya yang akan dirugikan juga pabrik gula itu sendiri, karena otomatis bahan baku tebu akan langka diperoleh, mengakibatkan harga bahan bakunya mahal, dan otomatis akan membuat harga gula nasional akan mahal. Hal ini akan mengakibatkan impor gula akan membanjiri lagi di wilayah Indonesia.

Sampai kapan ini terjadi??????

Tidak ada komentar: